Islam Media News.com, Jakarta ~ Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta, Prof. KH. Ali Mustofa Yaqub,
menyatakan wukuf di Arafah bukanlah patokan jatuhnya hari raya Idul
Adha.
Dia menyatakan masyarakat kerap beranggapan ketika Umat Islam yang
menunaikan Ibadah Haji berwukuf di arafah maka umat Islam di seluruh
dunia melaksanakan puasa sunnah arafah. Keesokan harinya berarti hari
raya Idul Adha.
"Tidak seperti itu ijtihadnya," jelas Ali Mustofa Yaqub, kepada Republika, Kamis 925/9).
Yang menjadi patokan adalah awal Dzulhijah. Di Arab Saudi, awal
Dzulhijah jatuh lebih cepat dibandingkan di Indonesia. "Karena hilal
sudah tampak melalui ru'yah," imbuhnya.
Sedangkan di Indonesia, hilal belum tampak. "Akhirnya kita sempurnakan Dzulhijah menjadi 30 hari," paparnya.
Pihaknya membenarkan bahwa 10 Dzulhijah jatuh pada 5 Oktober.
Meskipun wukuf di Arafah jatuh pada 3 Oktober, bukan berarti pada
tanggal empatnya dilaksanakan Idul Adha. "Ingat, patokannya hilal."
Ali Mustofa menceritakan pengalaman sahabat Rasulullah atau atsar,
yang menjelaskan suatu ketika Sahabat Rasulullah, Ibnu Abbas, mengutus
sahabat lainnya, Qurayb, mengunjungi Damaskus untuk menemui Muawiyah.
Di sana sudah berpuasa Ramadhan.
Kemudian Qurayb berkata kepada Ibnu Abbas, di sana sudah berpuasa, apakah di sini juga harus berpuasa.
"Ibnu Abbas kemudian mengutip hadits Rasulullah riwayat Muslim, yang
mengatakan likulli baldatin ru'yatuha," jelas Ali Mustofa. Artinya,
setiap negeri memiliki ru'yatnya sendiri. Tidak bisa disamakan antara
ru'yat di Makkah dengan di Indonesia.
Sumber: Republika
0 komentar:
Posting Komentar