Islam Media News.com, Bandung ~ Bertepatan dengan moment Idul Adha, warga masyarakat Nahdatul Ulama,
Muhammadiyah dan Persatuan Umat Islam (PUI), Jamaah Masjid Syahida,
Cibiruhilir, RT 1/RW 1, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa
Barat bersama-sama menyelenggarakan penyembelihan hewan Qurban, Ahad
(5/10). Meski berbeda organisasi masyarakat mereka tetap harmonis dan
kompak.
Dari data yang dihimpun oleh NU Online, Panitia Qurban menerima tiga ekor sapi yang terdiri dari dua sapi dari hasil iuran 14 warga NU dan satu sapi dari warga Muhammadiyah. Sementara sebagian warga PUI turut ikut membantu dalam proses penyembelihan hingga pembagian daging kepada seluruh warga di RW tersebut.
Menurut Ketua RW 1 Cibiruhilir, Dudang Gojali, masyarakat setempat memang memiliki rasa toleransi dan kebersamaan yang tinggi. “Seperti saat ini masyarakat Cibiruhilir paham kapan saatnya bersama, terutama saat Hari Raya Qurban tanpa membedakan organisasi masing-masing,” kata Dudang saat ditemui NU Online di masjid Syahida.
Karena bagi masyarakat Cibiruhilir, lanjutnya, Qurban itu sifatnya universal, ditambah warganya memang relatif mengerti tentang pemahaman agama sehingga perbedaan bukanlah menjadi halangan.
Dudang menambahkan, sesungguhnya keharmonisan dan kekompakan merupakan esensi dan spirit Idul Adha. Hasilnya, baik yang berqurban maupun yang tidak berqurban sama-sama mempunyai hak untuk menikmati dan merayakan.
“Lalu spirit tersebut membuahkan kebersamaan dan kesuciaan untuk manusia. Masyarakat disini paham bahwa menjalin hubungan antara manusia adalah prinsip paling dasar dari beragama,” terang ketua RW yang juga Pengurus Lakpesdam PWNU Jabar itu.
Dikatakan, masyarakat Cibiruhilir mengerti musuh utama mereka adalah sekelompok orang yang anti-kemanusiaan. Jadi saat ada yang membawa pesan kemanusiaan, maka masyarakat harus satu, misalnya saat kerja bakti, peringatan hari besar Islam, musibah, dan lain-lain.
Masyarakat sudah memberi contoh yang baik, tapi kadang-kadang pemimpin di pemerintahan tidak memberikan contoh yang baik. Dudang berharap para pemimpin dapat belajar dari masyarakat Cibiruhilir. Hemat dia, masyarakat sebenarnya tidak terlalu memikirkan perbedaan, tapi mereka hanya ingin tenang, sejahtera, keamananan dan ketertiban di dalam berbangsa dan bernegara.
“Justru para elite yang saling bertengkar lantaran perbedaan. Seharusnya para pemimpin harus hadir dan belajar langsung dari masyarakat, lalu memberikan contoh atau suri tauladan,” ujar Ketua Jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung itu. (Muhammad Zidni Nafi’/Mahbib)
Dari data yang dihimpun oleh NU Online, Panitia Qurban menerima tiga ekor sapi yang terdiri dari dua sapi dari hasil iuran 14 warga NU dan satu sapi dari warga Muhammadiyah. Sementara sebagian warga PUI turut ikut membantu dalam proses penyembelihan hingga pembagian daging kepada seluruh warga di RW tersebut.
Menurut Ketua RW 1 Cibiruhilir, Dudang Gojali, masyarakat setempat memang memiliki rasa toleransi dan kebersamaan yang tinggi. “Seperti saat ini masyarakat Cibiruhilir paham kapan saatnya bersama, terutama saat Hari Raya Qurban tanpa membedakan organisasi masing-masing,” kata Dudang saat ditemui NU Online di masjid Syahida.
Karena bagi masyarakat Cibiruhilir, lanjutnya, Qurban itu sifatnya universal, ditambah warganya memang relatif mengerti tentang pemahaman agama sehingga perbedaan bukanlah menjadi halangan.
Dudang menambahkan, sesungguhnya keharmonisan dan kekompakan merupakan esensi dan spirit Idul Adha. Hasilnya, baik yang berqurban maupun yang tidak berqurban sama-sama mempunyai hak untuk menikmati dan merayakan.
“Lalu spirit tersebut membuahkan kebersamaan dan kesuciaan untuk manusia. Masyarakat disini paham bahwa menjalin hubungan antara manusia adalah prinsip paling dasar dari beragama,” terang ketua RW yang juga Pengurus Lakpesdam PWNU Jabar itu.
Dikatakan, masyarakat Cibiruhilir mengerti musuh utama mereka adalah sekelompok orang yang anti-kemanusiaan. Jadi saat ada yang membawa pesan kemanusiaan, maka masyarakat harus satu, misalnya saat kerja bakti, peringatan hari besar Islam, musibah, dan lain-lain.
Masyarakat sudah memberi contoh yang baik, tapi kadang-kadang pemimpin di pemerintahan tidak memberikan contoh yang baik. Dudang berharap para pemimpin dapat belajar dari masyarakat Cibiruhilir. Hemat dia, masyarakat sebenarnya tidak terlalu memikirkan perbedaan, tapi mereka hanya ingin tenang, sejahtera, keamananan dan ketertiban di dalam berbangsa dan bernegara.
“Justru para elite yang saling bertengkar lantaran perbedaan. Seharusnya para pemimpin harus hadir dan belajar langsung dari masyarakat, lalu memberikan contoh atau suri tauladan,” ujar Ketua Jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung itu. (Muhammad Zidni Nafi’/Mahbib)
Sumber: NU Online
0 komentar:
Posting Komentar