Islam Media News.com ~ Al-Imam Al-Hafidz Al-Syaikh
‘Imaduddin Ibnu Katsir mengatakan, “Sekelompok ulama, di antaranya Syaikh Abu
Al-Mashur Al-Shabbagh dalam kitabnya Al-Syamil menuturkan sebuah kisah Al-‘Utbi
yang mengatakan, “Saya sedang duduk di samping kuburan Nabi SAW. Lalu datanglah
seorang A’rabi (penduduk pedalaman Arab) kepadanya, “Assalamualaika, Ya
Rasulullah ! saya dengar Allah berfirman, artinya, : “Sesungguhnya jika mereka
menganiaya dirinya, lantas datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah dan
Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentu mereka mendapati Allah maha
penerima taubat Lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Nisa:64)
Dan saya datang kepadamu untuk memohonkan ampunan atas dosaku dan memohon syafa’at denganmu kepada Tuhanku.” Selanjutnya A’rabi tersebut mengumandangkan bait-bait syair,: “ Wahai orang yang tulang belulangnya di kubur di tanah datar. Berkat keharumannya, tanah rata dan bukit semerbak mewangi. Diriku jadi tebusan untuk kuburan yang engkau tinggal di dalamnya. Di dalam kuburanmu terdapat sifat bersih dan kedermawanan.”
Kemudian A’rabi tadi pergi. Sesudah kepergiannya, saya tertidur dan bermimpi bertemu Nabi SAW, beliau bersabda, : ”Kejarlah si A’rabi dan berilah kabar gembira bahwa Allah telah mengampuni dosanya.”
Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya yang populer Al-Idhah pada bab 6 halaman 498, dan juga diriwayatkan oleh Al-Hafidz Imaduddin Ibnu Katsir dalam tafsirnya yang masyhur ketika menafsirkan ayat.
Syaikh Abu Muhammad Ibnu Qudamah juga meriwayatkannya dalam kitabnya Al-Mughni vol 3 halaman 556. Syaikh Abu Al-Faraj Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al-Syarah Al-Kabir volume 3 halaman 495, dan Syaikb Manshur Ibn Yunus Al-Bahuti dalam kitabnya yang dikenal dengan nama Kasysyaf Al-Qina volume 5 halaman 30 yang merupakan salah satu kitab paling populer dalam madzhab Hanbali volume 5 halama 30 juga mengutip kisah dalam hadits di atas.
Al-Imam Al-Qurthubi mufassir kenamaan dan rujukan para mufassir menyeburkan sebuah kisah serupa dalam tafsirnya yang dikenal dengan nama Al-Jami li Ahkam. Ia mengatakan, “Abu Shadiq meriwayatkan dari Ali yang berkata, “ Tiga hari setelah kami mengubur jasad Rasulullah SAW, datang kepadaku seorang A’rabi. Ia merebahkan tubuhnya pada kuburan beliau dan menabur-nabur tanah kuburan di atas kepalanya sambil berkata, “Wahai Rasulullah ! engkau bersabda maka kami mendengar sabdamu. Engkau hafal firman Tuhanmu maka kami pun hafal apa yang dari Allah dan darimu. Dan salah satu ayat yang turun kepadamu adalah (artinya) : “Sungguh saya telah berbuat dzalim kepada diriku sendiri dan saya datang kepadamu untuk memohonkan ampunan untukku.” Kemudian dari arah kubur muncul suara , : “Sesungguhnya engkau telah mendapat ampunan.” (tafsir Al-Qurthubi volume 5 halaman 265)
Kisah di atas adalah Al-‘Utbi dan telah dikutip oleh para ulama seperti disebut di atas. Baik kisah ini dikategorikan shahih atau Dhaif dari aspek sanad yang dijadikan pijakan para pakar hadits dalam menetukan hukum hadits apa saja, maka kami bertanya-tanya, “Apakah para ulama di atas telah mengutip kekufuran dan kesesatan? Atau mengutip keterangan yang mendorong menuju penyembahan berhala dan kuburan? Jika faktanya memang demikian, lalu dimanakah kredibiltis mereka dan kitab-kitab karya mereka? Subhanaka Hadza Buthanun Adhim.
Dan saya datang kepadamu untuk memohonkan ampunan atas dosaku dan memohon syafa’at denganmu kepada Tuhanku.” Selanjutnya A’rabi tersebut mengumandangkan bait-bait syair,: “ Wahai orang yang tulang belulangnya di kubur di tanah datar. Berkat keharumannya, tanah rata dan bukit semerbak mewangi. Diriku jadi tebusan untuk kuburan yang engkau tinggal di dalamnya. Di dalam kuburanmu terdapat sifat bersih dan kedermawanan.”
Kemudian A’rabi tadi pergi. Sesudah kepergiannya, saya tertidur dan bermimpi bertemu Nabi SAW, beliau bersabda, : ”Kejarlah si A’rabi dan berilah kabar gembira bahwa Allah telah mengampuni dosanya.”
Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya yang populer Al-Idhah pada bab 6 halaman 498, dan juga diriwayatkan oleh Al-Hafidz Imaduddin Ibnu Katsir dalam tafsirnya yang masyhur ketika menafsirkan ayat.
Syaikh Abu Muhammad Ibnu Qudamah juga meriwayatkannya dalam kitabnya Al-Mughni vol 3 halaman 556. Syaikh Abu Al-Faraj Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al-Syarah Al-Kabir volume 3 halaman 495, dan Syaikb Manshur Ibn Yunus Al-Bahuti dalam kitabnya yang dikenal dengan nama Kasysyaf Al-Qina volume 5 halaman 30 yang merupakan salah satu kitab paling populer dalam madzhab Hanbali volume 5 halama 30 juga mengutip kisah dalam hadits di atas.
Al-Imam Al-Qurthubi mufassir kenamaan dan rujukan para mufassir menyeburkan sebuah kisah serupa dalam tafsirnya yang dikenal dengan nama Al-Jami li Ahkam. Ia mengatakan, “Abu Shadiq meriwayatkan dari Ali yang berkata, “ Tiga hari setelah kami mengubur jasad Rasulullah SAW, datang kepadaku seorang A’rabi. Ia merebahkan tubuhnya pada kuburan beliau dan menabur-nabur tanah kuburan di atas kepalanya sambil berkata, “Wahai Rasulullah ! engkau bersabda maka kami mendengar sabdamu. Engkau hafal firman Tuhanmu maka kami pun hafal apa yang dari Allah dan darimu. Dan salah satu ayat yang turun kepadamu adalah (artinya) : “Sungguh saya telah berbuat dzalim kepada diriku sendiri dan saya datang kepadamu untuk memohonkan ampunan untukku.” Kemudian dari arah kubur muncul suara , : “Sesungguhnya engkau telah mendapat ampunan.” (tafsir Al-Qurthubi volume 5 halaman 265)
Kisah di atas adalah Al-‘Utbi dan telah dikutip oleh para ulama seperti disebut di atas. Baik kisah ini dikategorikan shahih atau Dhaif dari aspek sanad yang dijadikan pijakan para pakar hadits dalam menetukan hukum hadits apa saja, maka kami bertanya-tanya, “Apakah para ulama di atas telah mengutip kekufuran dan kesesatan? Atau mengutip keterangan yang mendorong menuju penyembahan berhala dan kuburan? Jika faktanya memang demikian, lalu dimanakah kredibiltis mereka dan kitab-kitab karya mereka? Subhanaka Hadza Buthanun Adhim.
Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki
Sumber: Pejuang Islam
0 komentar:
Posting Komentar