Home » » Tiga Ciri Khas Aswaja

Tiga Ciri Khas Aswaja

Islam Media News.com ~ Pada postingan sebelumnya, kami telah menjelaskan tentang pengertian Aswaja. Jika Anda belum membacanya, silakan klik di sini. Pada postingan kali ini kami akan mencoba uraikan apa yang menjadi ciri khas Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja), yang membuatnya berbeda dari kelompok lainnya, yang terkadang juga mengaku-ngaku Ahlussunnah.


Tiga Ciri Khas Aswaja


Ahlussunnah wal Jama'ah atau yang sering disingkat dengan Aswaja memiliki tiga ciri khas, yakni tiga sikap yang selalu diajarkan oleh Rasulullah Saw. Ketiga ciri khas tersebut adalah:


1. At-Tawassuth, yakni sikap tengah-tengah, sedang-sedang; atau dengan kata lain tidak esktrim kanan maupun kiri. Hal ini disarikan dari firman Allah Swt:




"Dan demikianlah kami jadikan sekalian kamu (umat Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah Swt menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian." (QS. Al-Baqarah: 153)


2. Al-Tawazun, yakni (sikap yang) seimbang dalam segala hal, termasuk penggunaan dalil 'aqli dan dalil naqli. Hal ini merupakan intisari dari firman Allah Swt:




"Sungguh Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti kebenaran yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (penimbang keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan." (QS. Al-Hadid: 25)


3. Al-I'tidal (tegak lurus). Dalam al-Qur'an Allah Swt berfirman:


 

"Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Maidah: 9)


Ketiga prinsip ini merupakan sikap tengah serta berimbang dalam setiap persoalan. Misalnya, dalam masalah sifat dan Dzat Allah Swt antara kelompok Mujassimah (menyatakan Allah memiliki anggota tubuh dan mempunya sifat seperti manusia) dan Mu'aththilah (tidak mengakui adanya sifat bagi Allah), tentang perbuatan Allah Swt antara Qadariyah (manusia memiliki kekuatan penuh atas dirinya) dan Jabariyah (manusia tidak memiliki daya apa-apa kecuali atas takdir Allah), menyikapi janji dan ancaman Allah antara Murji'ah (semua hukum dan penjelasan diserahkan kepada Allah) dan Wa'idiyyah (Allah pasti akan menghukum orang-orang yang berdosa), sikap kepada Ahlul Bayt dan sahabat Nabi Saw antara Rafidhah/Syi'ah (seluruh sahabat kafir dan ahlul bayt adalah maksum) dan Khawarij (seluruh sahabat dan ahlul bayt yang menjadi penyebab terjadinya perang jamal dan shiffin dihukumi kafir), dan sebagainya.


Ketiga prinsip tersebut dapat dilihat dalam masalah keyakinan keagamaan (teologi), perbuatan lahiriah (fiqh) serta masalah akhlak yang mengatur gerak hati (tashawwuf).


Dalam praktik keseharian, ajaran Aswaja di bidang teologi tercerminkan dalam rumusan yang digagas oleh Imam Asy'ari dan Imam Maturidi. Sedangkan dalam masalah perbuatan badaniah termanifestasikan dengan mengikuti madzhan yang empat, yakni madzhab Hanafi, madzhab Maliki, madzhab Syafi'i, dan madzhab Hanbali. Dalam tashawwuf mengikuti Imam Junayd al-Baghdadi dan Imam al-Ghazali. 


KH. Muhyiddin Abdusshomad
(Fiqh Tradisionalis, hal.3-6) 

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.